Trubus.id – Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M.Agr., Ph.D., menyampaikan kekhawatiran serius terhadap krisis regenerasi petani yang tengah melanda Indonesia. Menurutnya, seluruh wilayah di Indonesia kini mengalami penurunan produktivitas pertanian, baik dari sisi lahan maupun jumlah petani.
“Kita tahu, bahwa alih fungsi lahan sangat cepat, apalagi di wilayah Jawa. Begitu juga untuk petani, rata-rata usia petani di Indonesia adalah 50 tahun sehingga memang harus dilakukan regenerasi, kalau tidak bagaimana nanti 10–20 tahun yang akan datang,” ujarnya, Senin (30/6).
Bayu menjelaskan, penurunan jumlah petani tidak hanya disebabkan oleh berkurangnya lahan, tetapi juga karena imej pertanian yang dianggap tidak menarik dan kurang menjanjikan secara ekonomi. “Pemerintah perlu merubah mindset tersebut, salah satunya adalah kita mengenalkan teknologi dan inovasi, bisa dengan teknologi digunakan di pertanian, kemudian juga kita mengenalkan teknologi dan inovasi ini sejak bangku sekolah dasar. Kita berikan pemahaman bahwa pertanian bisa modern dan bisa membuat sejahtera,” ungkapnya.
Ia menilai, program petani milenial merupakan langkah yang baik, namun belum cukup jika hanya sebatas proyek atau slogan. Bayu menekankan pentingnya edukasi pertanian yang dimulai sejak dini dan masuk dalam kurikulum pendidikan. “Pengenalan pertanian dan inovasi termasuk teknologi di dalamnya harus diberikan sedini mungkin, bahkan kalau bisa dimasukkan dalam kurikulum sehingga ini akan memberikan wawasan atau pandangan bagaimana pertanian,” katanya.
“Secara jangka pendek, memberikan contoh dengan piloting atau percontohan bahwa teknologi bisa menguntungkan dan membuat sejahtera adalah kunci utama menarik minat anak-anak muda terjun ke dunia pertanian, tentunya juga dimasukkanlah unsur-unsur teknologi dan inovasi,” paparnya dilansir pada laman UGM.
Tak hanya dalam jangka pendek, Bayu juga mendorong upaya jangka panjang untuk mengenalkan dunia pertanian secara lebih intensif mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini hingga SMA. “Kita bisa mengenalkan penggunaan drone, sehingga akan memunculkan ketertarikan dari anak-anak muda ke dunia pertanian,” tuturnya.
Ia juga menyoroti pentingnya dukungan dari pemerintah pusat dan daerah untuk menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi dari hulu ke hilir. “Artinya diperkuat ekosistem-ekosistem yang mengintegrasikan dari hulu ke hilir, yang menjamin ketersediaan dan juga kestabilan harga yang menguntungkan petani,” pungkasnya.
Pernyataan Bayu tersebut sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tren penurunan jumlah usaha pertanian perorangan sejak 2013. Pada tahun tersebut, jumlah petani di Indonesia mencapai 31,70 juta orang. Namun, per 2024 jumlah tersebut telah menyusut menjadi 29,34 juta, atau turun sebesar 7,45 persen.
Kondisi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bahkan lebih mengkhawatirkan. Dalam 10 tahun terakhir, DIY kehilangan sekitar 153 ribu petani, atau turun sebesar 26,26 persen. Fenomena ini menjadi peringatan bahwa regenerasi petani tidak bisa ditunda lagi jika Indonesia ingin menjaga ketahanan pangannya di masa depan
The post Dosen UGM Soroti Krisis Regenerasi Petani: “Kalau Tidak, Bagaimana Nanti 10–20 Tahun yang Akan Datang?” appeared first on Trubus.
Trubus.id – Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M.Agr., Ph.D., menyampaikan kekhawatiran serius terhadap krisis regenerasi petani yang tengah melanda Indonesia. Menurutnya, seluruh wilayah di Indonesia kini mengalami penurunan produktivitas pertanian, baik dari sisi lahan maupun jumlah petani. “Kita tahu, bahwa alih fungsi lahan sangat cepat, apalagi di
The post Dosen UGM Soroti Krisis Regenerasi Petani: “Kalau Tidak, Bagaimana Nanti 10–20 Tahun yang Akan Datang?” appeared first on Trubus. Berita, ketahanan pangan, petani, petani muda, regenerasi petani Trubus