Hilda Salsabilla, ibu rumah tangga asal Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, mengolah sampah organik dari dapur menjadi kompos dan pupuk organik cair (POC). Ia memulai kegiatan ini sejak Oktober 2024 sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Hilda memanfaatkan limbah dapur seperti tangkai sayuran, kulit buah, dan buah-buahan busuk untuk diolah. “Metode yang saya gunakan sangat mudah dan sederhana,” ujarnya.
Ia tidak menggunakan starter khusus dalam proses penguraian limbah organik. Sebagai gantinya, Hilda memakai kompos matang untuk mempercepat proses penguraian bahan baru.
Untuk medianya, ia menggunakan galon bekas ukuran 15 liter yang diletakkan secara terbalik. Tujuannya agar air sisa penguraian dapat mengalir keluar dengan baik.
Pertama, Hilda memasukkan satu sekop kompos matang ke dalam galon bekas. Lalu, ia menambahkan campuran bahan organik berupa bahan cokelat dan bahan hijau dengan perbandingan 1:1.
Bahan cokelat yang digunakan berupa sekam mentah. Sementara bahan hijau berasal dari limbah nabati dapur seperti sisa sayuran atau kulit buah.
Campuran bahan organik tersebut dimasukkan ke galon yang sudah berisi kompos matang. Bagian atas wadah juga ditutup menggunakan galon bekas sebagai penutup.
Kompos matang yang digunakan Hilda dibeli dari toko daring. Ia tidak mencacah bahan organik karena keterbatasan waktu meski tahu hasilnya bisa lebih baik dan proses lebih cepat.
Biasanya, kompos padat bisa dipanen setelah dua hingga tiga bulan. Ia memisahkan kompos yang sudah gembur, ditandai dengan tekstur kering dan mudah hancur saat digenggam.
Jika ada bahan organik yang belum terurai sempurna seperti biji durian, Hilda akan memindahkannya ke galon lain untuk proses lanjutan. Saat ini, ia menggunakan empat galon bekas sebagai wadah pengomposan.
Waktu panen setiap galon berbeda-beda. Biasanya dua galon sudah siap panen, sedangkan dua lainnya masih dalam proses.
Untuk mengumpulkan cairan hasil penguraian, Hilda menggunakan galon yang tidak berlubang sebagai penampung. Cairan ini dikenal sebagai pupuk organik cair (POC).
Setiap satu galon 15 liter bisa menghasilkan sekitar 2,5 liter POC. Dengan demikian, satu kali proses pengomposan menghasilkan dua produk: kompos padat dan pupuk cair.
Hilda menyebut proses ini sebagai “kompos bahan nabati.” Ia tidak memasukkan limbah hewani karena bisa menimbulkan bau busuk dan mengundang lalat.
Untuk limbah hewani, Hilda menggunakan sistem biopori, yaitu dengan menguburnya di dalam pot tanaman. Menurutnya, cara ini sekaligus menambah nutrisi pada tanaman.
Kompos dan POC yang dihasilkan digunakan untuk berkebun di halaman rumah. Hilda menanam beragam tanaman pangan untuk konsumsi sendiri.
Limbah jelantah atau minyak bekas penggorengan tidak diolah sendiri oleh Hilda. Ia dan warga sekitar mengumpulkan jelantah dan menyerahkannya ke organisasi sosial untuk didaur ulang.
Meski jelantah bisa dijual, Hilda memilih mendonasikannya untuk kegiatan sosial. Bagi Hilda, manfaat lingkungan lebih penting daripada nilai ekonomisnya.
Hampir tidak ada sampah organik tersisa di rumah Hilda. Bahkan potongan rumput dari halaman rumah pun ia olah kembali.
Rumput-rumput itu dibiarkan mengering sebelum dimasukkan ke media tanam bekas. Hasil penguraiannya menjadi kompos yang bertekstur agak lembek namun tetap bermanfaat.
Untuk limbah buah segar dalam jumlah besar, Hilda mengolahnya menjadi ekoenzim. Cairan fermentasi ini memiliki banyak manfaat, mulai dari pupuk hingga pembersih rumah tangga.
Ekoenzim bisa dijadikan pestisida nabati atau pengawet makanan. Namun, bahan bakunya harus benar-benar segar dan bebas dari minyak.
Meski sukses mengelola sampah organik, Hilda masih menghadapi tantangan besar pada sampah anorganik. Ia khawatir karena hampir semua produk pasar dibungkus plastik.
Hilda telah mulai mengurangi penggunaan kantong plastik dengan membawa tas belanja sendiri. Sayangnya, kesadaran konsumen lain masih rendah, sehingga sampah plastik tetap menjadi masalah lingkungan serius.
The post Ibu Rumah Tangga Ini Ubah Sampah Dapur Jadi Kompos dan POC appeared first on Trubus.
Hilda Salsabilla, ibu rumah tangga asal Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, mengolah sampah organik dari dapur menjadi kompos dan pupuk organik cair (POC). Ia memulai kegiatan ini sejak Oktober 2024 sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Hilda memanfaatkan limbah dapur seperti tangkai sayuran, kulit buah, dan buah-buahan busuk untuk diolah. “Metode yang saya gunakan sangat
The post Ibu Rumah Tangga Ini Ubah Sampah Dapur Jadi Kompos dan POC appeared first on Trubus. Laporan khusus, kompos, olah sampah, POC, sampah organik Trubus