Di Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Hilda Salsabilla memilih cara praktis untuk mengatasi limbah jelantah dari dapurnya. Awalnya, ia merasa resah melihat saluran air yang tercemar oleh minyak bekas tersebut.
Berkat jejaring sosial, Hilda menemukan komunitas yang tepat dan mulai mendonasikan limbah jelantah untuk kepentingan sosial. Limbah itu kemudian diolah menjadi produk bermanfaat seperti sabun penghilang noda dan lilin.
Sejak tahun 2024, Hilda mulai mengumpulkan jelantah bersama ibu rumah tangga lainnya di sekitar rumah. Mereka rutin menyetor limbah tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Tren pengelolaan limbah jelantah ini juga dilakukan oleh Bherta Ayu, ibu rumah tangga asal Kota Bekasi, Jawa Barat. Bherta awalnya bingung karena limbah jelantah di rumahnya semakin menumpuk.
Ia lalu mulai menyimpan limbah tersebut ke dalam botol hingga jumlahnya semakin banyak. Sama seperti Hilda, ia juga menemukan solusi melalui jejaring sosial.
Kebetulan di lingkungan tempat tinggal Bherta, sistem pengumpulan limbah jelantah sudah terorganisir dengan baik. Setiap kepala RT memiliki jeriken khusus untuk menampung limbah tersebut.
Bherta cukup mengisi jeriken yang disediakan, dan jika sudah penuh akan disalurkan oleh kepala RW. Sistem ini memudahkan warga dan mendorong banyak ibu rumah tangga untuk ikut berdonasi.
Hilda dan Bherta beruntung tinggal di lingkungan yang sadar akan pentingnya pengelolaan limbah rumah tangga. Mereka pun tidak perlu repot dalam menangani limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan.
Bagi masyarakat yang belum memiliki sistem seperti itu, ada alternatif lain yaitu mengolah sendiri limbah jelantah. Hal ini dilakukan oleh Chevie Mawarti Setianingrum, seorang pebisnis kreatif di Jakarta Timur.
Chevie mengolah limbah jelantah menjadi sabun padat dan lilin melalui usaha rumahan bernama Arnetta Craft. “Berawal dari keresahan malah berujung jadi bisnis yang menguntungkan,” ujarnya.
Awalnya ia hanya iseng mengolah minyak bekas dapurnya, namun kini justru membutuhkan pasokan limbah jelantah dalam jumlah besar. Ia bahkan membeli jelantah dari masyarakat dengan harga Rp4.000 per liter.
Sabun padat yang dibuat Chevie digunakan untuk menghilangkan noda membandel pada baju, lantai, dan peralatan dapur. Ia mencetak sabun dengan cetakan berbentuk bunga dan ukuran seperti agar-agar.
Produk sabun dan lilin tersebut dikemas secara menarik sebagai suvenir ramah lingkungan. Seluruh produk buatannya menggunakan bahan dasar limbah jelantah.
The post Tingkatkan Nilai Tambah Limbah Jelantah appeared first on Trubus.
Di Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Hilda Salsabilla memilih cara praktis untuk mengatasi limbah jelantah dari dapurnya. Awalnya, ia merasa resah melihat saluran air yang tercemar oleh minyak bekas tersebut. Berkat jejaring sosial, Hilda menemukan komunitas yang tepat dan mulai mendonasikan limbah jelantah untuk kepentingan sosial. Limbah itu kemudian diolah menjadi produk bermanfaat
The post Tingkatkan Nilai Tambah Limbah Jelantah appeared first on Trubus. Lainnya, jelantah, limbah Trubus