Trubus.id—Bawang hitam kini semakin populer di tengah masyarakat Indonesia. Kepopulerannya tak hanya karena khasiat kesehatan, tetapi juga didorong oleh banyaknya produsen baru yang bermunculan di berbagai daerah.
PT Alam Scientia Asia, salah satu produsen bawang hitam yang kewalahan memenuhi permintaan pasar. Perusahaan yang berlokasi di Desa Bitung Sari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu kini memproduksi 1,2 ton per bulan.
Sejak beroperasi pada 2020, awalnya produksi perusahaan hanya ratusan kilogram setiap bulan. Sebagian besar produksinya digunakan untuk maklun perusahaan lain, dan hanya sebagian kecil untuk merek sendiri.
Permintaan yang terus meningkat membuat pasar dapat menyerap produksi dalam jumlah besar. Bahkan jika produksi dilipatgandakan, menurut Business Development Manager Khoirunnisa S.T.P., tetap akan laku di pasaran.
Tak hanya menjual umbi bawang hitam, PT Alam Scientia Asia juga berinovasi memproduksi versi cair dan tepung. Diversifikasi ini menjadi langkah strategis untuk memperluas pasar dan menjangkau konsumen baru.
Di Kalimantan Timur, Juwarti juga sukses mengembangkan usaha bawang hitam dengan merek Nikimie. Berlokasi di Kelurahan Gunung Samarinda Baru, Kecamatan Balikpapan Utara, ia kini mengolah 300—400 kg bawang putih lanang, meningkat tajam dari hanya 1—2 kg di awal usaha.
Permintaan yang tinggi membuat Juwarti berencana menambah kapasitas produksi sebesar 200 kg pada 2026. Ia memasarkan produknya melalui penjual ulang, loka pasar, dan media sosial.
Konsumen bawang hitam Nikimie tersebar di berbagai daerah seperti Batam, Jakarta, dan Pekanbaru. Menurut Juwarti, bisnis bawang hitam terbukti menguntungkan dan berpeluang besar untuk terus berkembang.
Dosen Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ir. Sukrianto, M.A., menyebut tren bawang hitam terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ia bahkan mengonsumsi bawang hitam buatannya sendiri sejak 2022 karena manfaat kesehatannya.
Sukrianto juga aktif membina ibu-ibu PKK di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, untuk memproduksi dan menjual bawang hitam sebagai usaha baru. Produk hasil binaan itu bahkan mendapat hibah BIMA pada 2024 dan dipasarkan dengan merek Kabita Bawang Hitam.
Produsen lain Nuri Maryati, warga Desa Waru, Kecamatan Parung, kini rutin memproduksi bawang hitam secara komersial. Ia mengenal bawang hitam sejak 2024 dan tertarik karena khasiat serta kemudahan proses pembuatannya.
Awalnya bersama ibu-ibu UMKM PKK Desa Waru Kabita, Nuri mampu menjual 50—60 botol per bulan. Kini, jumlah penjualannya meningkat menjadi 100 botol setiap bulan dengan pemasaran daring dan luring.
Ia menjual bawang hitam dalam tiga ukuran: 150 gram seharga Rp25.000, 200 gram (Rp30.000), dan 300 gram (Rp40.000). Konsumennya berasal dari berbagai daerah seperti Bandung, Tangerang, dan Jawa Tengah.
Selain Nuri, produsen lain yang aktif adalah Efariany dari Pekanbaru, Provinsi Riau. Awalnya Efa hanya memproduksi 0,5 kg per bulan, kini meningkat drastis menjadi 50 kg per bulan.
Efa mulai memproduksi bawang hitam sejak 2018 karena merasakan langsung manfaat kesehatannya. Saat itu, belum ada produsen bawang hitam di Pekanbaru sehingga ia melihat peluang bisnis.
Menurut Efa, bisnis bawang hitam menjanjikan keuntungan yang stabil. Ia menjadi salah satu pelopor produsen bawang hitam di wilayahnya dan terus mengembangkan usaha.
The post Intip Peluang Bisnis Bawang Hitam yang Kian Populer appeared first on Trubus.
Trubus.id—Bawang hitam kini semakin populer di tengah masyarakat Indonesia. Kepopulerannya tak hanya karena khasiat kesehatan, tetapi juga didorong oleh banyaknya produsen baru yang bermunculan di berbagai daerah. PT Alam Scientia Asia, salah satu produsen bawang hitam yang kewalahan memenuhi permintaan pasar. Perusahaan yang berlokasi di Desa Bitung Sari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu
The post Intip Peluang Bisnis Bawang Hitam yang Kian Populer appeared first on Trubus. Laporan khusus, bawang hitam, bisnis, black garlic, liputan khusus Trubus