Fluktuasi Harga dan Produksi Jadi Tantangan Pelaku Bawang Hitam

Trubus.id-Selain pemasaran, tantangan utama bisnis bawang hitam juga datang dari proses produksi dan harga bahan baku yang tidak stabil. Beberapa pelaku harus melakukan inovasi dan investasi demi menjaga kualitas produk.

Efariany misalnya, memanfaatkan pusat keramaian seperti car free day untuk mengenalkan bawang hitam buatannya. Seperti Juwarti, Efa—sapaan akrabnya—juga menjual produk itu setelah merasakan manfaat kesehatannya.

Awalnya ia juga merasa aneh dan takut saat pertama kali diminta mengonsumsi bawang hitam. “Kini saya mengonsumsi bawang hitam jika tubuh kurang fit,” ujar produsen asal Kecamatan Binawidya, Kota Pekanbaru.

Ia mulai memasarkan produk pada 2018 dan pertama kali menawarkannya kepada kerabat yang sedang sakit. Selain itu, ia juga aktif mengikuti pameran untuk memperluas jangkauan pasarnya.

Konsumen terbanyak bawang hitam Rumah Bawang Kadedika—merek milik Efa—adalah toko oleh-oleh. Bahkan, penjualannya telah merambah ke pasar luar negeri lewat platform marketplace.

Namun, tantangan muncul saat harga bawang putih lanang melonjak tinggi, seperti saat Lebaran. “Stok bawang hitam sempat kosong karena harga bahan baku naik 400%,” ujar juara I Sis Berdaya Kategori Ultra Mikro Area Sumatera dan Kalimantan 2023 itu.

Pasokan bahan bakunya berasal dari Pulau Jawa, bukan dari Pekanbaru. Sebetulnya banyak yang berminat menjadi reseller, tetapi mereka belum cocok dengan harganya.

“Kecuali bahan baku di Pekanbaru, bisalah bersaing harga,” kata Efa yang merupakan alumnus Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Ia juga mengungkap tantangan di sisi produksi, terutama saat masih menggunakan rice cooker.

Hasil fermentasi saat itu tak selalu mulus, bahkan kadang keras dan tidak bisa dijual. Efa harus rajin mengecek dan membalik bawang setiap lima hari agar hasil merata dan tidak terlalu kering.

Kini ia bisa mengolah 40 kg bawang putih sekaligus karena sudah memakai mesin fermentor mirip oven. Sebelumnya, rice cooker hanya bisa memuat maksimal 2 kg sehingga Efa sempat punya banyak alat itu.

Tantangan serupa juga dialami oleh Khoirunnisa S.T.P., Business Development Manager PT Alam Scientia Asia. Ia menyebut harga bawang putih yang melonjak saat momen tertentu menjadi tantangan besar.

Karena itu, harga Cardimus—merek bawang hitam produksi perusahaannya—lebih tinggi dari produk sejenis. Cardimus menyasar konsumen kelas atas karena sudah bersertifikat halal dan HACCP serta terdaftar di BPOM.

Nisa mengaku ingin menambah kapasitas produksi, tapi terhambat investasi mesin fermentor impor yang mahal. Mereka kini memakai mesin buatan Tiongkok yang efisien, hemat energi, dan hasilnya sesuai standar.

The post Fluktuasi Harga dan Produksi Jadi Tantangan Pelaku Bawang Hitam appeared first on Trubus.

​Trubus.id-Selain pemasaran, tantangan utama bisnis bawang hitam juga datang dari proses produksi dan harga bahan baku yang tidak stabil. Beberapa pelaku harus melakukan inovasi dan investasi demi menjaga kualitas produk. Efariany misalnya, memanfaatkan pusat keramaian seperti car free day untuk mengenalkan bawang hitam buatannya. Seperti Juwarti, Efa—sapaan akrabnya—juga menjual produk itu setelah merasakan manfaat kesehatannya.
The post Fluktuasi Harga dan Produksi Jadi Tantangan Pelaku Bawang Hitam appeared first on Trubus.  Hidup Sehat, bawang hitam, bisnis bawang hitam, fermentasi Trubus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *