Di tengah derap industrialisasi, PT Sari Katuk Indonesia (SKI) hadir dengan cara yang berbeda. Mereka menggali potensi alam dan memberdayakan petani lokal. Berawal dari kebun katuk skala kecil di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, perusahaan yang didirikan oleh Ardi Koswara itu telah berkembang menjadi pionir dalam pengolahan daun katuk dan inovasi pakan ternak berbasis moringa. Mereka tidak hanya berbisnis, tetapi juga menciptakan ekosistem yang berkelanjutan—menyatukan pertanian, peternakan, dan perikanan dalam satu visi: membawa Indonesia maju melalui inovasi berbasis lokal.
PT SKI memulai kiprahnya dengan fokus pada budidaya dan pengolahan daun katuk—tanaman yang semula hanya dikenal sebagai pelancar ASI, tetapi ternyata menyimpan segudang manfaat. Berkat kandungan gizinya yang tinggi, katuk kini menjadi bahan baku unggulan untuk feed (pakan), food (makanan), dan farmasi. Permintaan katuk kering di dalam negeri mencapai 5.000 ton per bulan. Sementara pasokan saat ini baru sekitar 8 ton. Kesenjangan inilah yang menjadi peluang sekaligus tantangan bagi PT SKI untuk terus berkembang.

PT SKI tidak hanya menyediakan katuk kering, tetapi juga mengembangkannya menjadi berbagai produk bernilai tambah. Misal tepung katuk, katulac, dan feedgro—semua dirancang sebagai pakan aditif yang mampu meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. Bahkan, penelitian dari IPB membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat meningkatkan produksi susu sapi hingga 40% sekaligus memperkaya kandungan nutrisinya.
Pasar terbuka
Tak berhenti di situ, SKI juga meluncurkan Moringa Complet Feed, pakan komplit berbasis moringa yang kaya protein, vitamin, dan mineral. Produk itu tidak hanya mendukung kesehatan ternak, tetapi juga membantu menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi pakan. Dengan demikian, peternak bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan investasi yang lebih terjangkau.

Salah satu kunci kesuksesan PT SKI adalah kemitraan erat dengan petani. Melalui program pendampingan dan kontrak jangka panjang, mereka memberdayakan petani seperti Agung Jaya dari Tulungagung dan Jumadil dari NTB. Dengan harga jual katuk kering Rp18.000 per kg, petani seperti Agung bisa meraup keuntungan hingga Rp7,7 juta per bulan—lebih dari tiga kali lipat upah minimum setempat.
PT SKI juga aktif bekerja sama dengan Asosiasi Petani Katuk Indonesia (APKI) untuk memperluas jejaring dan meningkatkan kapasitas produksi. Saat ini, lebih dari 500 petani telah bergabung, dan lahan katuk terus berkembang dari Jawa hingga Sumatera dan Kalimantan.

PT SKI tidak berpuas diri. Dengan target pengembangan lahan dari 1.000 hektare (2024) menjadi 50.000 hektare (2028), mereka bersiap memenuhi permintaan global yang semakin meningkat. Inovasi teknologi dan diversifikasi produk terus dilakukan, termasuk pengolahan katuk menjadi bahan farmasi dan pangan sehat. Ambisi mereka jelas: menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi katuk dunia.
PT Sari Katuk Indonesia lebih dari sekadar bisnis—mereka adalah gerakan yang percaya pada kekuatan alam dan kearifan lokal. Dengan semangat “berpikir lokal untuk global,” mereka tidak hanya menawarkan produk, tetapi juga solusi nyata bagi petani, peternak, dan masa depan pangan Indonesia.
Mari bergabung dengan PT Sari Katuk Indonesia—wujudkan pertanian yang menguntungkan dan berkelanjutan.
PT Sari Katuk Indonesia — Berpikir Lokal, Berdampak Global.
The post PT Sari Katuk Indonesia: Revolusi Hijau dari Subang untuk Dunia appeared first on Trubus.
Di tengah derap industrialisasi, PT Sari Katuk Indonesia (SKI) hadir dengan cara yang berbeda. Mereka menggali potensi alam dan memberdayakan petani lokal. Berawal dari kebun katuk skala kecil di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, perusahaan yang didirikan oleh Ardi Koswara itu telah berkembang menjadi pionir dalam pengolahan daun katuk dan inovasi pakan ternak berbasis moringa.
The post PT Sari Katuk Indonesia: Revolusi Hijau dari Subang untuk Dunia appeared first on Trubus. Bisnis Trubus