Trubus.id-Warna, bentuk butiran, dan ukuran gula sorgum sangat mirip dengan gula pasir. Rasanya pun manis murni tanpa jejak rasa batang sorgum Sorghum bicolor.
Satu sendok gula sorgum mampu memaniskan secangkir teh hangat. Jika tidak membaca label, konsumen bisa mengira ini gula tebu.
Gula ini merupakan salah satu produk olahan batang sorgum yang kini semakin populer. Produk tersebut dipasarkan dengan label Sorghum Foods oleh PT Sedana Panen Sejahtera.
Direktur PT Sedana Panen Sejahtera, Novan Satrianto, menyebut gula sorgum memiliki indeks glikemik rendah, yakni 53. Ini berarti gula tersebut aman dikonsumsi penderita diabetes karena tidak cepat menaikkan kadar gula darah.
Novan menjelaskan bahwa perusahaannya ingin menghadirkan makanan sehat yang tetap enak. Salah satu tantangan yang mereka jawab adalah membuat kecap dari sorgum.
Mereka pun memproduksi kecap manis dan kecap manis premium berbahan sorgum. Kecap ini memiliki warna hitam pekat, tekstur kental, dan aroma manis layaknya kecap kedelai.
Varian premium dibuat dari 100% nira sorgum dan bumbu alami. Sementara itu, varian reguler menggunakan campuran nira dengan kadar yang lebih rendah.
Kedua jenis kecap tersebut tidak mengandung kedelai sama sekali. Sebagai pengganti fermentasi, mereka menggunakan biji sorgum.
Menurut Novan, kecap reguler cocok dikonsumsi langsung, misalnya sebagai pelengkap gorengan. Sedangkan varian premium lebih sesuai untuk memasak hidangan seperti teriyaki.
Gula dan kecap berbasis sorgum disukai oleh vegetarian karena rasanya menyerupai produk sejenis. Selain itu, penderita alergi kedelai juga mencari produk ini sebagai alternatif aman.
Produk turunan sorgum lainnya meliputi sirop, tepung, dan beras sorgum. Sirop dibuat dari nira, sedangkan beras tersedia dalam varian putih dan merah.
Tepung dan kecap dari Sorghum Foods telah teruji bebas gluten. Ini menjadikannya aman bagi penderita autisme dan mereka yang menjalani diet bebas gluten.
Peneliti senior, Dr. Ir. Supriyanto, DEA, menyebut masyarakat Indonesia belum terbiasa mengonsumsi sorgum langsung. Namun, jika diolah menjadi tepung, masyarakat lebih mudah menerimanya.
Menurut Supriyanto, masyarakat tidak lagi mengenali bahan baku setelah menjadi tepung. Produk olahan seperti mi masih sangat disukai karena bentuknya familiar.
Beras dan tepung sorgum memiliki daya serap air yang tinggi. Konsumsi produk ini juga memberi rasa kenyang lebih lama sehingga cocok untuk pelaku diet.
Di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, PT Sedana Panen Sejahtera telah memproduksi bahan pangan berbasis sorgum sejak 2016. Ketertarikan Novan terhadap sorgum dimulai pada 2011.
Awalnya, mereka meneliti sorgum sebagai bahan bioenergi seperti bioetanol dan biopelet. Rencana tersebut didasarkan pada potensi besar nira dan ampas sorgum.
Tim Sedana menguji 30 kultivar sorgum dari dalam dan luar negeri di Nusa Tenggara Barat. Dari uji tersebut, terpilih empat kultivar terbaik—dua dengan kadar gula tertinggi dan dua dengan produksi biomassa terbanyak.
Menurut Novan, kadar gula pada varietas sorgum manis bisa mencapai 21º briks. Padahal, rata-rata sorgum manis biasanya hanya mengandung 16—17º briks.
Melihat potensi tersebut, mereka memutuskan fokus ke bahan pangan, bukan bioenergi. Salah satu alasannya adalah karena masa tanam sorgum lebih singkat dibandingkan tebu.
The post Rahasia Dapur Sehat: Produk Lokal dari Sorgum appeared first on Trubus.
Trubus.id-Warna, bentuk butiran, dan ukuran gula sorgum sangat mirip dengan gula pasir. Rasanya pun manis murni tanpa jejak rasa batang sorgum Sorghum bicolor. Satu sendok gula sorgum mampu memaniskan secangkir teh hangat. Jika tidak membaca label, konsumen bisa mengira ini gula tebu. Gula ini merupakan salah satu produk olahan batang sorgum yang kini semakin populer.
The post Rahasia Dapur Sehat: Produk Lokal dari Sorgum appeared first on Trubus. Perkebunan, gula sorgum, olahan, olahan sorgum, sorgum Trubus