Trubus.id—Teknologi Internet of Things (IoT) kini mulai menjadi bagian dari kegiatan bertani di berbagai daerah. Dengan memanfaatkan sensor pintar, sistem penyiraman otomatis, hingga pemupukan berbasis data, sejumlah pekebun di Jawa Barat berhasil meningkatkan produktivitas sekaligus menekan biaya operasional.
Di Kabupaten Cirebon, Dwi Agus Priyanto menjadi salah satu contoh yang pemanfaatan IoT untuk budidaya anggur. Sejak menerapkan sistem pertanian pintar pada September 2022, hasil panen anggurnya meningkat signifikan.
Dalam kurun waktu September 2022 hingga Juli 2023, Dwi memanen 90 kilogram anggur dari 110 tanaman. Panen dilakukan dua kali, dengan rata-rata hasil 45 kilogram per panen. Sebelumnya, hasil panen hanya sekitar 9 kilogram per musim.
Dwi memanfaatkan sensor tanah pintar yang ditanam sedalam tujuh sentimeter di sudut bedengan. Alat ini mendeteksi kelembapan, suhu, pH tanah, serta kandungan unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium.
Data dari sensor dikirim ke panel yang terhubung dengan laman web. Di sana, ia bisa memantau semua parameter dalam bentuk angka yang dilengkapi indikator warna sebagai penanda tingkat kesuburan.
Indikator hijau menandakan unsur hara cukup, kuning menunjukkan kekurangan sedang, dan merah mengindikasikan kekurangan berat. Dengan membaca data tersebut, Dwi dapat menyesuaikan dosis pupuk secara presisi.
Sebelum menggunakan teknologi ini, Dwi menghabiskan enam kilogram pupuk NPK per bulan. Kini, hanya satu kilogram yang diperlukan. Jika sebelumnya ia mengeluarkan Rp90.000 per bulan untuk pupuk, kini cukup Rp15.000. Penghematan mencapai 83 persen.
Pemupukan dan penyiraman dilakukan secara otomatis melalui sistem kran pengocor dan penyemprot yang dioperasikan dari ponsel. Selain pupuk NPK, Dwi juga memberikan asupan tambahan berupa asam amino dan pupuk organik cair (POC) yang dibuat dari kulit buah. Semuanya disalurkan melalui sistem yang bisa dikontrol dari jarak jauh.
Kebun seluas 600 meter persegi itu dibagi menjadi sepuluh baris, masing-masing berisi sebelas tanaman. Setiap baris dilengkapi lima kran penyemprot dan dua kran pengocor.
Sistem dikendalikan melalui aplikasi yang terhubung ke pompa dan sistem kontrol, sehingga Dwi dapat menyiram atau memberi pupuk kapan pun dan dari mana pun.
Ia mengaku selama delapan bulan penggunaan belum pernah mengalami kendala. Sensor yang tertanam di tanah juga tahan terhadap hujan dan panas matahari.
Sementara itu di Kabupaten Sumedang, Arip Nurahman juga mengandalkan teknologi IoT untuk mengelola kebun melon miliknya.
Teknologi tersebut memungkinkan Arip melakukan penyiraman cukup dengan menekan tombol di ponsel. Dalam empat menit, sistem langsung aktif dan menyiram tanaman secara otomatis. Ia tidak perlu lagi datang ke kebun hanya untuk menyiram tanaman.
Selain menyiram, sistem ini juga memantau pH tanah, kelembapan udara, suhu, dan intensitas cahaya dalam rumah tanam. Semua data ditampilkan dalam antarmuka yang mudah dipahami dan bisa dipantau kapan saja melalui gawai.
Menurut Arip, teknologi ini sangat membantunya dalam menjaga kondisi tanaman tetap optimal tanpa harus terus-menerus berada di lokasi.
Kisah sukses Dwi dan Arip menunjukkan bahwa penerapan teknologi tidak hanya relevan di industri besar, tetapi juga bisa diterapkan secara langsung di tingkat petani. Dengan dukungan data dan otomasi, pekerjaan menjadi lebih efisien, biaya lebih terkendali, dan hasil panen meningkat.
The post Pekebun Manfaatkan IoT, Panen Melonjak dan Biaya Menyusut appeared first on Trubus.
Trubus.id—Teknologi Internet of Things (IoT) kini mulai menjadi bagian dari kegiatan bertani di berbagai daerah. Dengan memanfaatkan sensor pintar, sistem penyiraman otomatis, hingga pemupukan berbasis data, sejumlah pekebun di Jawa Barat berhasil meningkatkan produktivitas sekaligus menekan biaya operasional. Di Kabupaten Cirebon, Dwi Agus Priyanto menjadi salah satu contoh yang pemanfaatan IoT untuk budidaya anggur. Sejak
The post Pekebun Manfaatkan IoT, Panen Melonjak dan Biaya Menyusut appeared first on Trubus. Inovasi, anggur, IoT, melon, teknologi Trubus