Pagi itu Putu Winda membuka saluran pipa irigasi tetes yang terhubung dengan tandon air di kebun stroberinya. Dari ujung-ujung nozel, air perlahan menetes dan membasahi perakaran tanaman. Perempuan petani muda asal Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali, itu mengadopsi teknologi modern untuk mengelola kebun seluas sembilan rumah tanam. Ribuan tanaman stroberi tumbuh rapi dengan sistem hidroponik dan media sekam bakar. Melalui teknologi irigasi tetes, kebutuhan air dan nutrisi setiap tanaman terpenuhi secara presisi.
Irigasi tetes atau drip irrigation adalah metode yang mengalirkan air langsung ke area perakaran sesuai kebutuhan. Sistem ini bukan hanya efisien, tetapi juga menghemat penggunaan air dan pupuk. Di kebun Winda, teknologi tersebut menopang pertumbuhan sekitar 45.000 tanaman stroberi. Selain berfungsi sebagai penyiram, sistem itu juga berperan sebagai fertigasi, yaitu penggabungan pemupukan dan pengairan sekaligus. Dengan demikian, setiap tetes yang keluar mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh optimal.
Keunggulan lain sistem irigasi tetes Winda adalah kemampuannya beroperasi otomatis. Winda bahkan bisa mengendalikannya dari jarak jauh menggunakan telepon genggam. Sebelum bepergian, ia hanya memastikan tandon penuh berisi larutan nutrisi. Setelah itu, pemberian air dan pupuk dapat diatur melalui aplikasi yang terhubung dengan jaringan internet di kebun. Dengan cara ini, ia tetap tenang meninggalkan kebun selama beberapa hari tanpa khawatir tanaman kekurangan nutrisi.
Penerapan teknologi itu merupakan bagian dari konsep Internet of Things (IoT) yang Winda terapkan. IoT memungkinkan benda-benda di sekitar terhubung dengan jaringan internet sehingga bisa dipantau dan dikendalikan secara real time. Melalui layar ponsel, Winda dapat memantau indikator penting seperti kelembapan, pH tanah dan air, curah hujan, suhu udara, hingga prakiraan cuaca. Semua data itu dikirim oleh perangkat kecil yang terpasang pada panel surya mini di kebunnya. Alat itu menjadi “otak” sistem yang memastikan budidaya berjalan efisien dan terukur.
Winda bukan satu-satunya anak muda yang menggabungkan pertanian dengan teknologi. Ia tergabung dalam komunitas Petani Muda Keren (PMK) yang dipimpin A.A. Gede Agung Wedhatama. Komunitas itu beranggotakan 22 petani muda yang memiliki keahlian berbeda-beda. Mereka bersama-sama membentuk Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Petani Muda Keren. Tujuan utamanya adalah menjadi agen perubahan yang mendorong generasi muda kembali menekuni dunia pertanian dengan cara-cara modern.
Menurut Agung Wedhatama, komunitas ini hadir sebagai jawaban atas tantangan regenerasi petani di Indonesia. Pertanian sering dianggap pekerjaan kurang menjanjikan oleh kalangan muda. Namun dengan pendekatan teknologi dan inovasi, citra itu perlahan berubah. “Kami mengajak dan memberi solusi kepada anak-anak muda Indonesia untuk kembali bertani,” tutur Agung. Ia berharap keberhasilan Winda dan rekan-rekan lainnya bisa menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk melihat pertanian sebagai profesi masa depan yang membanggakan.
The post Stroberi Pintar di Buleleng: Putu Winda Terapkan IoT di Kebun appeared first on Trubus.
Pagi itu Putu Winda membuka saluran pipa irigasi tetes yang terhubung dengan tandon air di kebun stroberinya. Dari ujung-ujung nozel, air perlahan menetes dan membasahi perakaran tanaman. Perempuan petani muda asal Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali, itu mengadopsi teknologi modern untuk mengelola kebun seluas sembilan rumah tanam. Ribuan tanaman stroberi tumbuh rapi dengan sistem hidroponik
The post Stroberi Pintar di Buleleng: Putu Winda Terapkan IoT di Kebun appeared first on Trubus. Budidaya, budidaya, petani muda, stroberi Trubus