Menjinakkan Nyamuk dengan Guppy

Guppy (Poecilia reticulata) kini tak hanya dikenal karena corak warnanya yang memikat. Di tangan para pemerhati lingkungan, ikan kecil asal Amerika Selatan ini menjelma menjadi agen pengontrol alami larva nyamuk. Riset oleh Hebert Adrianto dan instalasi dalam Jurnal Entomologi Indonesia (2024) menegaskan kemampuan guppy memangsa larva Aedes aegypti hingga tahap instar ketiga. Kajian itu menunjukkan bahwa seekor guppy dewasa mampu menurunkan populasi larva secara signifikan hanya dalam waktu beberapa jam.

Keunggulan guppy tak hanya pada tampilannya yang menawan, tetapi juga pada daya adaptasi luar biasa terhadap berbagai kondisi air. Riset oleh Su dkk. dalam Adaptation responses to salt stress in the gut of Poecilia reticulata (2022) menunjukkan bahwa guppy mampu hidup di salinitas tinggi hingga 35‰ dengan perubahan fisiologis alami. Penelitian lain, Influence of Temperature on the Population Dynamics of the Guppy (2024), mengungkap bahwa suhu ideal bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan ini berkisar antara 24–30°C. Kemampuan menyesuaikan diri terhadap salinitas dan suhu menjadikan guppy mudah dipelihara bahkan di wadah sederhana seperti pot bunga atau bak air kecil, menjadikannya ikan tangguh sekaligus fungsional di lingkungan rumah tropis.

Dalam laporan lapangan yang diterbitkan oleh PNR Journal (2023), guppy terbukti aktif memburu larva nyamuk di wadah tergenang. Aktivitas predator ini meningkat pada pagi dan sore hari, saat larva berada di permukaan udara. Hasil penelitian tersebut memperkuat bukti bahwa kehadiran guppy efektif menekan perkembangan jentik tanpa perlu bahan kimia tambahan.

Tidak hanya di laboratorium, praktik pemanfaatan guppy juga diuji di lapangan. Program pengendalian DBD di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, misalnya meliputi pendistribusian ikan guppy ke penampungan air rumah warga. Inisiatif ini sejalan dengan temuan Shafique dkk. (2019) dalam PLoS Neglected Tropical Diseases, bahwa penggunaan guppy di masyarakat berkontribusi nyata menurunkan kasus demam berdarah hingga 35 persen.

Meski demikian, sejumlah ahli ekologi, seperti El-Sabaawi (2016) dari Freshwater Biology, mengingatkan agar pelepasan ikan guppy tidak dilakukan di ekosistem terbuka tanpa pengawasan. Pelepasan masif berisiko mengganggu keseimbangan hayati.

Dengan pengelolaan sederhana dan terarah, guppy bisa menjadi penjaga alami di pekarangan menyantap jentik nyamuk, menambah estetika udara taman, dan memberi kontribusi nyata pada lingkungan yang lebih sehat.

The post Menjinakkan Nyamuk dengan Guppy appeared first on Trubus.

​Guppy (Poecilia reticulata) kini tak hanya dikenal karena corak warnanya yang memikat. Di tangan para pemerhati lingkungan, ikan kecil asal Amerika Selatan ini menjelma menjadi agen pengontrol alami larva nyamuk. Riset oleh Hebert Adrianto dan instalasi dalam Jurnal Entomologi Indonesia (2024) menegaskan kemampuan guppy memangsa larva Aedes aegypti hingga tahap instar ketiga. Kajian itu menunjukkan
The post Menjinakkan Nyamuk dengan Guppy appeared first on Trubus.  Inovasi Trubus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *