Kelebihan dan Kekurangan Rumah Tanam Bambu Serta Galvanis untuk Melon

Trubus.id—Rumah tanam atau greenhouse untuk budidaya melon dapat dibangun menggunakan bahan bambu atau galvanis. Menurut Hasbullah, pekebun melon di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, konstruksi bambu lebih sederhana dan hemat biaya.

Hasbullah mengaku hanya menghabiskan Rp45 juta untuk membangun satu rumah tanam. Sementara itu, Zaenal Asrofi, produsen rumah tanam bambu asal Magelang, Jawa Tengah, menyatakan biaya pembangunan rumah tanam bambu sekitar Rp90.000—Rp110.000 per meter persegi.

Jika ingin lebih praktis, Zaenal menawarkan paket lengkap termasuk peralatan hidroponik seharga Rp150.000 per meter persegi. Ia memperkirakan ketahanan rumah tanam bambu dapat mencapai lima tahun.

Ukuran ideal rumah tanam bambu menurut Zaenal adalah 600 m² karena dinilai efisien. Tiang bagian pinggir rumah tanam setinggi 3 meter, sedangkan bagian tengah 5—6 meter.

Untuk ukuran 600 m², dibutuhkan 300 batang bambu tua dengan panjang 6 meter dan diameter lebih dari 10 cm. Bambu tua dipilih karena lebih tahan lama sebagai struktur utama rumah tanam.

Sementara itu, kerangka atap menggunakan bambu muda dengan jumlah 200 batang yang memiliki diameter lebih kecil namun panjang serupa. Dinding rumah tanam menggunakan jaring polietilen, sedangkan atapnya menggunakan plastik ultraviolet.

Kebutuhan bahan untuk rumah tanam seluas 600 m² meliputi 3 gulung jaring ukuran 3 m x 50 m dan 1 gulung plastik ultraviolet ukuran 100 m². Plastik ini direkomendasikan karena lebih awet dan mengandung antibakteri.

Selain kuat, plastik ultraviolet juga lebih ulet dan tebal sehingga mampu mencegah lumut pada atap. Rumah tanam juga dilengkapi mulsa untuk menghambat pertumbuhan gulma dan memperindah area kebun, apalagi jika digunakan untuk wisata petik.

Harga bambu berbeda antar daerah, di mana harga di Jawa Tengah lebih tinggi dibandingkan Jawa Barat. Faktor lokasi sangat mempengaruhi biaya pembangunan rumah tanam berbahan bambu.

Di sisi lain, Chaerul Umam, pekebun melon di Kabupaten Demak, menggunakan dua jenis rumah tanam: bambu dan galvanis. Tiga rumah tanam awalnya berukuran 10 m x 63 m menggunakan bambu karena alasan biaya.

Masing-masing rumah tanam mampu menampung 2.500 tanaman melon dari berbagai varietas seperti sakata, inthanon, dan kinanti. Pada panen perdana Oktober 2022, Umam berhasil memanen 1,6 ton melon per rumah tanam.

Untuk meningkatkan produksi, Umam mulai menerapkan sistem hidroponik Deep Flow Technique (DFT) pada 1.200 tanaman. Namun, rumah tanam bambu kurang cocok untuk sistem tersebut.

Karena itu, Umam membangun rumah tanam berbahan galvanis berukuran 10 m x 40 m. Menurutnya, bahan galvanis lebih awet dan bisa bertahan hingga 15 tahun, jauh lebih lama dibandingkan bambu yang hanya bertahan 5 tahun.

Biaya pembangunan rumah tanam galvanis sekitar Rp280.000 per meter persegi. Umam menyarankan pengecatan ulang saat mulai berkarat dengan biaya sekitar Rp1,5 juta per rumah tanam.

Umam menekankan bahwa pemilihan bahan rumah tanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan lokal. Jika bambu sulit didapat di suatu daerah, maka biaya pembuatannya akan semakin tinggi.

The post Kelebihan dan Kekurangan Rumah Tanam Bambu Serta Galvanis untuk Melon appeared first on Trubus.

​Trubus.id—Rumah tanam atau greenhouse untuk budidaya melon dapat dibangun menggunakan bahan bambu atau galvanis. Menurut Hasbullah, pekebun melon di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, konstruksi bambu lebih sederhana dan hemat biaya. Hasbullah mengaku hanya menghabiskan Rp45 juta untuk membangun satu rumah tanam. Sementara itu, Zaenal Asrofi, produsen rumah tanam bambu asal Magelang, Jawa Tengah, menyatakan biaya
The post Kelebihan dan Kekurangan Rumah Tanam Bambu Serta Galvanis untuk Melon appeared first on Trubus.  Buah, buah melon, greenhouse, pertanian, rumah tanam Trubus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *