Trubus.id – Patin yang tidak berbau lumpur, berdaging putih, dan berbobot 0,6—1,2 kg menjadi standar yang diinginkan pabrik filet. Selama ini, banyak orang mengeluhkan bau lumpur pada patin, namun hal itu bisa diatasi dengan manajemen budidaya yang tepat.
Nursidik, warga Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menyebut manajemen air sebagai kunci sukses budidaya patin berkualitas. Ia rutin memasukkan air baru selama 1—2 jam setiap hari sambil memberi pakan agar ikan lebih aktif bergerak dan makan dengan lahap.
Setiap 5—7 hari, ia juga mengurangi volume air hingga setengah kolam, tergantung nafsu makan ikan. Bila ikan agresif saat diberi pakan, pengurangan air belum perlu, tetapi jika pakan mengambang dan ikan tidak muncul ke permukaan, maka pengurangan air wajib dilakukan.
Menurut Imza Hermawan, ahli patin dari program SMART-Fish Indonesia, budidaya patin di Tulungagung memanfaatkan air tanah yang dirawat dengan baik. Ia menyebut pembudidaya di sana rajin merawat kolam sehingga menghasilkan daging patin yang lebih enak dan tidak berbau lumpur.
Bau lumpur pada patin, menurut Jadmiko Darmawan Widi Prasetiya, S.Pi., muncul akibat menurunnya kualitas air yang memicu pertumbuhan plankton jenis Oscillatoria. Plankton ini menghasilkan senyawa geosmin yang menjadi penyebab utama bau lumpur.
Oleh karena itu, penting menjaga kualitas air terutama menjelang masa panen. Beberapa petani bahkan rutin mengganti air selama satu bulan penuh sebelum panen demi memastikan kualitas daging patin.
Warna putih pada daging patin dipengaruhi oleh faktor genetik, terutama dari jenis patin Pasupati—hasil persilangan antara patin jambal dan siam. Selain genetik, pakan juga berperan besar dalam menentukan warna dan kualitas daging.
Hendri Laiman, Direktur Pemasaran Pakan PT Central Proteina Prima Tbk (CP Prima), menyebut perusahaannya memproduksi pakan khusus untuk patin putih. Pakan ini telah teruji di lapangan dan digunakan oleh para mitra peternak CP Prima.
Alternatif lain untuk meningkatkan mutu patin adalah dengan menambahkan daun kayumanis ke dalam pakan. Penelitian oleh Dr. Ir. Mia Setiawati, M.Si., dari IPB menunjukkan bahwa daun kayumanis mampu meningkatkan kualitas pertumbuhan dan kandungan gizi patin.
Dalam riset tersebut, 40 ekor patin berbobot 7 gram dipelihara di empat akuarium berukuran 50 cm x 40 cm x 35 cm selama 30 hari dengan sistem resirkulasi dan aerasi 24 jam. Akuarium pertama menjadi kontrol, sementara tiga lainnya diberi tepung daun kayumanis sebanyak 0,5%, 1%, dan 1,5%.
Hasilnya, penambahan 1% daun kayumanis meningkatkan bobot patin hingga 83%. Selain itu, tekstur daging menjadi lebih padat dan kadar lemak menurun hingga 30%, yang berpengaruh terhadap peningkatan kadar protein hingga 1,25 kali dibanding kontrol.
Diduga, senyawa aktif dalam daun kayumanis menghambat pembentukan lemak dalam jaringan tubuh ikan. Lemak yang biasanya disimpan kini digunakan sebagai sumber energi, sehingga protein tidak banyak terpakai dan tetap tersimpan dalam daging ikan.
Dalam waktu dekat, para pembudidaya patin di Jambi direncanakan akan mulai menggunakan pakan dengan tambahan daun kayumanis tersebut. Dengan pengelolaan air dan pakan yang baik, patin tanpa bau lumpur dan berdaging prima bukan lagi impian.
The post Patin Berkualitas Tanpa Bau Lumpur appeared first on Trubus.
Trubus.id – Patin yang tidak berbau lumpur, berdaging putih, dan berbobot 0,6—1,2 kg menjadi standar yang diinginkan pabrik filet. Selama ini, banyak orang mengeluhkan bau lumpur pada patin, namun hal itu bisa diatasi dengan manajemen budidaya yang tepat. Nursidik, warga Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menyebut manajemen air sebagai kunci sukses budidaya
The post Patin Berkualitas Tanpa Bau Lumpur appeared first on Trubus. Budidaya, budidaya patin, ikan patin, patin Trubus